Rabu, 27 Januari 2016

Pupuk Organik Cair

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Laporan Hasil Penelitian Pembuatan Pupuk Organik Cair”.
        Tersusunnya makalah ini semoga mendatangkan manfaat yang besar untuk pendidikan pada umumnya dan untuk pendidik pada khususnya. Walaupun pada mulanya penyusunan makalah kami ini mengalami banyak kesulitan dalam menyatukan berbagai materi penting untuk disusun agar menjadi sebuah bacaan yang menarik untuk dibaca, namun akhirnya makalah ini dapat diselesaikan . Tersirat pengharapan dan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Besar harapan agar makalah ini dapat menjadi salah satu sumber belajar yang baik serta mendatangkan manfaat untuk seluruh pembaca . Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini sangat dinantikan. Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi semua.





Medan, April 2013


            Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..   ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..  1
A.    Latar Belakang………………………………………………………………...   1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………………..   3
C.     Tujuan…………………………………………………………………………   3
D.    Kegunaan Penelitian…………………………………………………………..   3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………...  4
1.      Pupuk Cair Organik……………………………………………………………...     4
2.      Kompos …………………………………………………………………………      6
3.      Prinsip Pengomposan……………………………………………………………      7
4.      Pengomposan Anaerobik ……………………………………………………….      8
5.      Faktor yang mempengaruhi pengomposan………………………………………     9
6.      Perbandingan C/N……………………………………………………………….     10
7.      pH………………………………………………………………………………..     10
8.      EM4……………………………………………………………………………...     10
BAB III METODE PELAKSANAAN PENELITIAN ...............................................    12
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH…………………………………………………….     13
BAB V METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………..     14
A.    Waktu Pelaksanaan………………………………………………………………     14
B.     Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………      14
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………...      15
A.    Hasil dan Pembahasan………………………………………………………      15
B.     Manfaat……………………………………………………………………..       15
C.     Tanaman yang Sesuai Tumbuh……………………………………………..       15
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................      16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................  17



 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Pertanian adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan bercocok tanam atau kegiatan olah – mengolah lahan untuk menanam komoditas tertentu untuk kebutuhan pangan. Dalam kegiatan pertanian sangat dibutuhkan keseimbangan dari beberapa faktor yang menopang pertanian tersebut. Indonesia sebagai negara yang memiliki tanah yang sangat subur sangatlah berpotensi untuk dijadikan sebagai negara yang maju dengan pertaniannya. Namun, belakangan kondisi yang ada di sekitar kita malah menunjukkan hal yang berbanding terbalik. Komponen – komponen pendukung terciptanya sistem pengolahan pertanian untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian tidak berjalan seimbang sehingga menciptakan kondisi pertanian yang cenderung memperihatinkan.
            Salah satu komponen penting dalam kegiatan pertanian adalah pengolahan pertanian tersebut, meliputi pengolahan tanah dan tanamannya. Dalam pengolahan pertanian, sesuatu yang tidak bisa dilepaskan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian itu adalah pupuk dan pemupukan.
            Dalam kurun waktu yang relatif lama petani kita seringkali menggunakan pupuk anorganik dan menggunakan pestisida untuk meningkatkan hasil pertanian mereka. Namun hasil pemberian pupuk anorganik secara terus menerus oleh petani tersebut sekarang sudah menunjukkan dampak – dampak yang sangat nyata. Rusaknya lingkungan dan sifat fisik tanah pertanian sebagian besar diakibatkan oleh penggunaan pupuk anorganik yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan pupuk dan pestisida sintetis terus-menerus tanpa diimbangi dengan penggunan pupuk organik akan berdampak pada kesuburan tanah baik secara fisik, kimia dan biologi. Kesuburan tanah secara biologis sangat memegang peranan penting dalam pertanian. Tanah berfungsi sebagai ”dapur” alami tanaman, sedangkan mikroorganisme dan makroorganisme tanah sebagai ”koki”-nya. Jika penggunaan pupuk anorganik terus menerus dilakukan, maka mikroorganisme yang berperan dalam penyuburan tanah akan musnah.
            Oleh karena itu, untuk mengurangi kerusakan lahan pertanian akibat pemakaian pupuk anorganik oleh petani, tim mahasiswa dalam hal ini memberikan solusi dan penawaran kepada petani untuk menggunakan pupuk organik yang kaya unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman pertanian dan ramah lingkungan karena mengandung bahan – bahan organik yang baik untuk menjaga kondisi fisik tanah di lahan pertanian. Pupuk yang ditawarkan adalah “Pupuk Organik Cair”
Pupuk organik yang diaplikasikan melalui daun, diduga lebih efektif karena langsung diserap oleh tanaman dengan sedikit kehilangan dibandingkan aplikasi melalui tanah. Aplikasi pupuk cair organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik maka diduga dapat memberikan kecukupan hara yang lebih baik. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik baik padat maupun cair.
Pada penelitian ini diteliti kombinasi pemberian berbagai dosis pupuk anorganik dengan pupuk organik yang berupa pupuk kandang kambing serta dilakukan split dengan pemberian pupuk organik cair.
Pupuk organik cair berbeda dengan pupuk organik padat yang dapat diperoleh dari alam karena pupuk ini harus dibuat sendiri. Bahan pembuatannya berasal dari bahan organik yang dihancurkan dan difermentasikan dalam air selama beberapa waktu.
Pupuk organik cair merupakan larutan mudah larut berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan oleh tanaman (Hadisuwito, 2007). Pembuatan formula cairan tersebut untuk mengatasi beberapa kendala yang diakibatkan oleh pupuk padat yang diberikan melalui akar. Kendala tersebut yaitu pupuk padat kurang efektif karena penyerapan hara melalui akar banyak dipengaruhi oleh kondisi media tumbuh. Selain itu pupuk padat kurang cepat bereaksi untuk memperbaiki kekurangan hara tanaman, mudah mengalami pencucian, serta kurang dapat memenuhi kebutuhan hara. Sebaliknya, penggunaan pupuk bentuk cair dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat (Lingga dan Marsono, 2007). Menurut Hadisuwito (2007), pemberian pupuk cair dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman.
       Pupuk cair yang digunakan merupakan hasil fermentasi , bahan organic kulit udang dan bulu ayam. Bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi, memperbaiki mutu hasil, memperpanjag daya simpan, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Cocok untuk tanaman buah-buahan, sayuran, bunga, dan tanaman hias, tanaman perkebunan baik pembibitan, tanaman muda maupun tanaman dewasa.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pupuk organik cair?
2.      Bagaimana proses pembuatan pupuk organik cair?
3.      Apa manfaaat dari pengunaan pupuk organik cair bagi tumbuhan?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu pupuk organik cair
2.      Untk mengetahui proses pembuatan pupuk organik cair
3.      Unt mengetahui manfaat dari penggunaan pupuk organik cair bagi tumbuhan

D.    KEGUNAAN PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.      Pupuk organik cair dapat di gunakan sebagai media tanam
2.      Meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman
3.      Mampu menekan biaya produksi untuk petani dan untuk mahasiswa karena bahan baku Kascing bersifat mudah diperbaharui dan berkelanjutan.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.      Pupuk Cair Organik
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Bahkan penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia pupuk organik (Musnamar, 2007).
Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi.
Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat. Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan – bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Sedangkan pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan kotoran manusia yang berbentuk padat (Hadisuwito, 2007).
Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun sesering mungkin digunakan. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
Pupuk cair dikatakan bagus dan siap diaplikasikan jika tingkat kematangannya sempurna. Pengomposan yang matang bisa diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak – bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dengan bau yang menyengat (Purwendro dan Nurhidayat, 2007)
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Sarjana Parman, 2007). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah (Nur Fitri, Erlina Ambarwati, dan Nasih Widya, 2007) :
1) dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.
2) dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit.
3) merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4) meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta
5) mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman Oleh karena itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti maupun petani dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan (Abdul Rahmi Dan Jumiati, 2007).
Pupuk sangat dibutuhkan oleh banyak orang untuk menambah unsur hara bagi  pertumbuhan tanaman. Anjuran penggunaan pupuk ataupun bahan lain yang sifatnya organic  dimaksudkan untuk mengurangi masalah yang sekarang timbul akibat dipakainya bahanbahan kimia yang telah terbukti merusak tanah dan lingkungan.Seperti penggunaan pupuk akan berakibat merusak tanah. Penggunaan insektisida dan pestisida kimia dalam predator, hama dan penyakit juga merusak lingkungan yang keduanya berpengaruh terhadap system pertanian.

Dari strukturnya pupuk organic yang beredar sekarang,ada yang berupa padat dan ada
pupuk organic cair. Pupuk organic padat biasnaya dibuat dengan cara pengomposan. Pengomposan secara alami terjadi, namun dalam menyediakan kompos secara cepat dapat dilakukan dengan cara pengomposan menggunakan mikroba terepilih yang berhasil diisolasi
dari tanah. Inokulum mikroba terpoikih tersebut sekarang tealh banyak dijual di toko-toko pertanian sperti StarDec, Orga Simba, EM Lestari,EM4,StarBio dsb. Terdapat 17 unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, 7 macam unsur diantaranya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga disebut sebagai unsur mikro.Unsurunsur mikro tesebut yaitu seng, tembaga, boron,molibdenium,kobalt dan khlor. Peran unsurunsur mikro adalah terkait dengan proses metabolisme Contoh : tembaga, berkaitan dengan proses respirasi , zat besi dan boron mendukung proses absorbsi air dan translokasi gula dan besi berperan dalam pembentukan khlorofil dan sintesis protein. Dengan demikian unsurunsur mikro tersebut sangat besar perannya dalam kelangsungan hidup tanaman.
Pupuk organik umumnya dihasilkan dari proses pengomposan sehingga sering disebut
juga dengan kompos. Pengomposan merupakan proses dimana bahan-bahan organik mengalami penguraian secara biologis , khususnya oleh mikroba-mikroba yang dapat memanfaatkan bahan organic sebagai sumber energy.Menurut J.H.Crawford (2003),kompos
adalah hasil penguraian tidak lengkap dan dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau an aerobik (dalam Nyoman P. Aryantha.dkk,2010) Membuat kompos perlu mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.Hal ini dapat dilakukan dengan membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air secukupnya,mengatur aerasi, dan penambahan aktivator
2.      Kompos
Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik dari pada tanaman tanpa kompos.
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari makhluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak mudah dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang (Isroi, 2008).
3.      Prinsip Pengomposan
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan organik sehingga sama dengan tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan maka proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Didalam perendaman bahan-bahan organik pada pembuatan kompos cair terjadi aneka perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad renik. Perubahan hayati yang penting yaitu sebagai berikut :
1.      Penguraian hidrat arang, selulosa, hemiselulosa.
2.      Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air
3.      Terjadi peningkatan beberapa jenis unsur di dalam tubuh jasad renik terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali bila jasad-jasad renik tersebut mati.
4.      Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.
Akibat perubahan tersebut, berat, isi bahan kompos tersebut menjadi sangat berkurang. Sebagian senyawa arang hilang, menguap ke udara. Kadar senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada perbandingan C/N bahan asal. Perbandingan C/N akan semakin kecil berarti bahan tersebut mendekati C/N tanah. Idealnya C/N bahan sedikit lebih rendah dibanding C/N tanah (Murbondo, 2004).
Dalam proses pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme, dan 1/3 lainnya untuk membentuk sel bakteri. Perbandingan C dan N awal yang baik dalam bahan yang dikomposkan adalah 25-30 ( satuan berat n kering ), sedangkan C/N di akhir proses adalah 12-20. Pada rasio yang lebih rendah, amonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi akan terhambat. Harga C/N tanah adalah 10-20, sehingga bahan – bahan yang mempunyai nilai C/N mendekati C/N tanah dapat langsung digunakan (Damanhuri dan Padmi, 2007).
Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan C/N, semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan semakin lebih cepat menjadi kompos. Tanah pertanian yang baik mengandung unsur C dan N yang seimbang. Setiap bahan organik mempunyai kandungan C/N yang berbeda.
Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan air, 2) zat putih telur menjadi amonia, CO2 dan air, 3) penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat. Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah
(Indriani, 2004).
4.      Pengomposan Anaerobik
Proses pengomposan anerobik berjalan tanpa adanya oksigen. Biasanya, proses ini dilakukan dalam wadah tertutup sehingga tidak ada udara yang masuk (hampa udara). Proses pengomposan ini melibatkan mikroorganisme anaerob untuk membantu mendekomposisikan bahan yang dikomposkan. Bahan baku
yang dikomposkan secara anaerob biasanya berupa bahan organik yang berkadar air tinggi.
Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas metan (CH4), karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat. Gas metan bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padat ini yang disebut kompos padat dan yang cair yang disebut kompos cair (Simamora dan Salundik, 2006).




5.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan
Pembuatan kompos dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Ø  Nilai C/N Bahan
Semakin besar nilai C/N bahan maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio sehingga menjadi 12-20.

Ø  Ukuran Bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh bakteri.

Ø  Komposisi Bahan
Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah dengan kotoran hewan.
Ø  Jumlah Mikroorganisme
   Dengan semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses pengomposan diharapkan akan semakin cepat. Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima golongan yang pokok yaitu, bakteri fotosintesis, lactobasilius sp, aspergillus sp, ragi (yeast), actinomycetes.

Ø  Kelembaban
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembaban sekitar 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Kelembaban yang lebih rendah atau lebih tinggi akan menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati.

Ø  Suhu
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan karena berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu optimum bagi pengomposan adalah 40-600 C. Bila suhu terlalu tinggi mikroorganisme akan mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme belum dapat bekerja atau dalam keadaan dorman.

Ø  Keasaman (pH)
Jika bahan yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan cara menambahkan kapur. Sebaliknya, jika nilai pH tinggi (basa) bisa diturunkan dengan menambahkan bahan yang bereaksi asam (mengandung nitrogen) seperti urea atau kotoran hewan (Indriani, 2004).
6. Perbandingan C/N
Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N) dalam satuan bahan. Semua makhluk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah kecil (Yuwono, 2005).
Perbandingan C/N bahan organik (bahan baku kompos) merupakan faktor terpenting dalam laju pengomposan. Proses pengomposan akan berjalan dengan baik jika perbandingan C/N bahan organik yang dikomposkan sekitar 25-35 (Simamora dan Salundik, 2006).
Bahan organik yang mempunyai C/N yang tinggi berarti masih mentah. Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan bila langsung diberikan ke dalam tanah. Sebab bahan tersebut akan diserang oleh mikroba untuk memperoleh energi (Yuwono, 2005).
7. pH
Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0-8,0, derajat keasaman bahan pada permulaan pengomposan pada umumnya asam sampai netral (pH 6,0 - 7,0). Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik . Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis yang lain akan mengkonversi asam organik yang telah terbentuk sehingga derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral (Djuarnani, dkk., 2005).
8. EM4
Teknologi EM (Effective Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, lingkungan, kesehatan dan industri. Meski sudah banyak kalangan masyarakat yang menggunakan tapi tidak banyak yang tahu tentang EM, komposisi kandungan, fungsi dan jenis-jenis EM.
EM merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.
Actinomicetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan.
Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanahlactobonillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfunsi antioksidan, menekan bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur.
EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim.



BAB III
METODE PELAKSANAAN PENELITIAN

Metode yang diaplikasikan dalam kegiatan penelitian ini, meliputi lokasi, waktu kegiatan dan bentuk kegiatan.
1. Kegiatan penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam pembuatan pupuk organik
2. Lokasi Kegiatan
Kegiatan akan dilakukan di sekitar tempat tinggal salah seorang mahasiswa yang bersangkutan dalam pembuatan pupuk organik
3. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan dalam penelitian ini direncanakan akan dilakukan dalam satu bulan dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan kegiatan.

Metode pembuatan Pupuk Organik Cair
     1. Pupuk kandang dihaluskan
     2. Gula pasir – EM-4 – Terasi dilarutkan dalam air
     3. Campuran pupuk kandang, larutan gula dan terasi dimasukkan ke dalam drum plastik kemudian ditambahkan air bersih .
     4. Drum ditutup rapat. Setiap hari dibuka dan diaduk selama 15 menit.
5. Pupuk Organik cair akan siap digunakan setelah 5 – 7 hari.

            Tahap Pendampingan
Pendampingan mulai dari awal kegiatan selama proses kegiatan berlangsung sampai akhir kegiatan.
           







BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
Tempat pembuatan pupuk organik cair ini di lakukan di kota binjai di salah satu rumah anggota kelompok penelitian yaitu di Jalan Durung No 167, Medan.
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:
Utara berbatasan dengan Selat Malaka
Selatan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang
Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
















BAB V
METODOLOGI PENELITIAN


A.    Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pembuatan pupuk Organik Cair dilakukan di rumah salah satu anggota yang bernama Rahmawati di Jl.  Durung No 167 Pancing, Medan pada tanggal 12 Maret 2013.

Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang dibutuhkan antara lain :
- Pupuk kandang 30 kg (kotoran kambing, ayam, sapi, dll)
- Hijauan daun (secukupnya)
- EM-4 1 liter
- Gula pasir 1 kg
- Terasih
- Air bersih

Alat yang digunakan:
-            Karung Beras
-            Alat Pengaduk
-            Alat Penimbang
-            Pisau
B.     Tehnik pengumpulan data
            Berdasarkan kepentingan data yang di realisasikan maka alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literature yang mengumpulkan data-data dari berbagai sumber.

C.    Tehnik Analisis Data
            Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Maka untuk menarik kesimpulan dengan menggunakan penjelasan serta data yang di peroleh dari perlakuan yaitu dengan menyajikan data dalam bentuk deskripsi lalu ditarik suatu kesimpulan topik permasalahan secara relevan dalam penelitian dengan mengikuti aturan – aturan yang disempurnakan berdasarkan fakta di lapangan.

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     Hasil
Data hasil penelitian:
Kode Lab
Kode Sampel
N- Total
(%)
P2O5
(%)
K2O
(%)
Ph
(H2O)
Cx.890
Kotoran Kerbau,Terasi, Daunan dan EM4
0,81
0,18
0,83
6,31
Sumber : Labratorium Universitas Islam Sumatera Utara Fakultas Pertanian, 2013

B.     Pembahasan
Dari hasil pembuatan organik cair yang telah di lakukan lebih kurang 1 bulan dari penyiapan bahan sampai hasil akhir pemeriksaan ke Laboratorium, didapat hasil kandungan pupuk organik cair seperti di atas yakni dengan Ph (H2O) 6,31 , N (%) 0,81, P2O5 0,18 , K2O 0,83.
C.     Manfaat
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah (Nur Fitri, Erlina Ambarwati, dan Nasih Widya, 2007) :
1) dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.
2) dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit.
3) merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4) meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta
5) mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.

D.    Tanaman yang Sesuai Tumbuh
Tanaman yang sesuai tumbuh pada Ph 6,31 adalah papaya, melon, padi, stroberry, salak, kakao, jagung, nanas, semangka, buah naga, dan lain sebagainya.


BAB VII
KESIMPULAN
1. Pembuatan pupuk organic/kompos dapat dilakukan dengan cara menambahkan aktivator EM4.8
2. Pengmposan menggunakan EM4 memerlukan bahan yang murah, mudahdidapat.
3. Pengmposan dengan EM4 secara tepat guna juga memerlukan control sebagaimanapengomposan yang lain yaitu suhu, kelembaban, dan ukuran partikel agar pengomposan berlangsung dengan baik.
4. Tanaman yang sesuai tumbuh pada Ph 6,31 adalah papaya, melon, padi, stroberry, salak, kakao, jagung, nanas, semangka, buah naga, dan lain sebagainya.


















DAFTAR PUSTAKA

Musnawar,Effi Ismawati. 2006. Pupuk Organik Padat.Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya: Jakarta
Susanto,Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta
Kartini, niluh. 2000. Diktat Pertanian Organik. FP Univ, Undayana: Denpasar
Tafia, Arik. 1999. Penggunaan Kascing (Kotoran Cacing) Sebagai Pupuk Organik dan Peranannya Bagi Tanaman. Jakarta
Zahid A 1994. Manfaat Ekonomis dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kooran Ternak Sapi Menjadi Kascing, Studi Kasus di PT Pola Nusa Duta.Fak Kedokteran Hewan IPB: Bandung
Anonim. 1995.Fermentasi Bahan Organik Dengan Teknologi Effective Mocroorganismes -4 (EM4).IndonesiaanKyusei Nature Farming Societies and PT. SonggolangitPersada.Jakarta.
Djuwanto.1999. Keuntungan danKerugian Penggunaan PupukAnOrganik dan Organik.Makalah PPM UNY : KaryaAlternatif mahasiswa.
Nyoman P. Aryantha,dkk.2010. Kompos.Pusat Penelitian Antar Universitas Ilmu Hayati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar