KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Laporan Hasil Penelitian Pembuatan Pupuk Organik Cair”.
Tersusunnya makalah ini semoga mendatangkan manfaat yang besar untuk pendidikan
pada umumnya dan untuk pendidik pada khususnya. Walaupun pada mulanya
penyusunan makalah kami ini mengalami banyak kesulitan dalam menyatukan berbagai
materi penting untuk disusun agar menjadi sebuah bacaan yang menarik untuk
dibaca, namun akhirnya makalah ini dapat diselesaikan . Tersirat pengharapan
dan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Besar harapan agar makalah ini dapat menjadi salah
satu sumber belajar yang baik serta mendatangkan manfaat untuk seluruh pembaca
. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, adanya kritik dan masukan dari
berbagai pihak sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini sangat
dinantikan. Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi semua.
Medan,
April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………….. ii
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 1
A. Latar
Belakang………………………………………………………………... 1
B. Rumusan
Masalah…………………………………………………………….. 3
C. Tujuan………………………………………………………………………… 3
D. Kegunaan
Penelitian………………………………………………………….. 3
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………... 4
1. Pupuk
Cair Organik……………………………………………………………... 4
2. Kompos
………………………………………………………………………… 6
3. Prinsip
Pengomposan…………………………………………………………… 7
4. Pengomposan
Anaerobik ………………………………………………………. 8
5. Faktor
yang mempengaruhi pengomposan……………………………………… 9
6. Perbandingan
C/N………………………………………………………………. 10
7. pH……………………………………………………………………………….. 10
8. EM4……………………………………………………………………………... 10
BAB
III METODE PELAKSANAAN PENELITIAN ............................................... 12
BAB
IV DESKRIPSI WILAYAH……………………………………………………. 13
BAB
V METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………….. 14
A. Waktu
Pelaksanaan……………………………………………………………… 14
B. Teknik
Pengumpulan Data……………………………………………………… 14
BAB
VI HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………... 15
A. Hasil
dan Pembahasan……………………………………………………… 15
B. Manfaat…………………………………………………………………….. 15
C. Tanaman
yang Sesuai Tumbuh…………………………………………….. 15
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pertanian adalah segala kegiatan
yang berhubungan dengan bercocok tanam atau kegiatan olah – mengolah lahan
untuk menanam komoditas tertentu untuk kebutuhan pangan. Dalam kegiatan
pertanian sangat dibutuhkan keseimbangan dari beberapa faktor yang menopang
pertanian tersebut. Indonesia
sebagai negara yang memiliki tanah yang sangat subur sangatlah berpotensi untuk
dijadikan sebagai negara yang maju dengan pertaniannya. Namun, belakangan
kondisi yang ada di sekitar kita malah menunjukkan hal yang berbanding
terbalik. Komponen – komponen pendukung terciptanya sistem pengolahan pertanian
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian tidak berjalan
seimbang sehingga menciptakan kondisi pertanian yang cenderung memperihatinkan.
Salah
satu komponen penting dalam kegiatan pertanian adalah pengolahan pertanian
tersebut, meliputi pengolahan tanah dan tanamannya. Dalam pengolahan pertanian,
sesuatu yang tidak bisa dilepaskan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
hasil pertanian itu adalah pupuk dan pemupukan.
Dalam
kurun waktu yang relatif lama petani kita seringkali menggunakan pupuk
anorganik dan menggunakan pestisida untuk meningkatkan hasil pertanian mereka.
Namun hasil pemberian pupuk anorganik secara terus menerus oleh petani tersebut
sekarang sudah menunjukkan dampak – dampak yang sangat nyata. Rusaknya
lingkungan dan sifat fisik tanah pertanian sebagian besar diakibatkan oleh
penggunaan pupuk anorganik yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan pupuk dan
pestisida sintetis terus-menerus tanpa diimbangi dengan penggunan pupuk organik
akan berdampak pada kesuburan tanah baik secara fisik, kimia dan biologi.
Kesuburan tanah secara biologis sangat memegang peranan penting dalam
pertanian. Tanah berfungsi sebagai ”dapur” alami tanaman, sedangkan
mikroorganisme dan makroorganisme tanah sebagai ”koki”-nya. Jika penggunaan
pupuk anorganik terus menerus dilakukan, maka mikroorganisme yang berperan
dalam penyuburan tanah akan musnah.
Oleh karena itu, untuk mengurangi
kerusakan lahan pertanian akibat pemakaian pupuk anorganik oleh petani, tim
mahasiswa dalam hal ini memberikan solusi dan penawaran kepada petani untuk
menggunakan pupuk organik yang kaya unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman
pertanian dan ramah lingkungan karena mengandung bahan – bahan organik yang
baik untuk menjaga kondisi fisik tanah di lahan pertanian. Pupuk yang
ditawarkan adalah “Pupuk Organik Cair”
Pupuk organik yang diaplikasikan melalui
daun, diduga lebih efektif karena langsung diserap oleh tanaman dengan sedikit
kehilangan dibandingkan aplikasi melalui tanah. Aplikasi pupuk cair organik
yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik maka diduga dapat memberikan
kecukupan hara yang lebih baik. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik baik padat maupun cair.
Pada
penelitian ini diteliti kombinasi pemberian berbagai dosis pupuk anorganik
dengan pupuk organik yang berupa pupuk kandang kambing serta dilakukan split
dengan pemberian pupuk organik cair.
Pupuk organik cair berbeda dengan pupuk
organik padat yang dapat diperoleh dari alam karena pupuk ini harus dibuat
sendiri. Bahan pembuatannya berasal dari bahan organik yang dihancurkan dan
difermentasikan dalam air selama beberapa waktu.
Pupuk organik cair merupakan larutan
mudah larut berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan oleh tanaman
(Hadisuwito, 2007). Pembuatan formula cairan tersebut untuk mengatasi beberapa
kendala yang diakibatkan oleh pupuk padat yang diberikan melalui akar. Kendala
tersebut yaitu pupuk padat kurang efektif karena penyerapan hara melalui akar
banyak dipengaruhi oleh kondisi media tumbuh. Selain itu pupuk padat kurang
cepat bereaksi untuk memperbaiki kekurangan hara tanaman, mudah mengalami
pencucian, serta kurang dapat memenuhi kebutuhan hara. Sebaliknya, penggunaan
pupuk bentuk cair dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara, dan mampu
menyediakan hara secara cepat (Lingga dan Marsono, 2007). Menurut Hadisuwito
(2007), pemberian pupuk cair dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pupuk cair yang digunakan merupakan hasil
fermentasi , bahan organic kulit udang dan bulu ayam. Bermanfaat untuk
mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi, memperbaiki mutu hasil,
memperpanjag daya simpan, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
penyakit. Cocok untuk tanaman buah-buahan, sayuran, bunga, dan tanaman hias,
tanaman perkebunan baik pembibitan, tanaman muda maupun tanaman dewasa.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan pupuk organik cair?
2.
Bagaimana proses
pembuatan pupuk organik cair?
3.
Apa manfaaat dari
pengunaan pupuk organik cair bagi tumbuhan?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa
itu pupuk organik cair
2.
Untk mengetahui proses
pembuatan pupuk organik cair
3.
Unt mengetahui manfaat
dari penggunaan pupuk organik cair bagi tumbuhan
D.
KEGUNAAN PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Pupuk organik cair
dapat di gunakan sebagai media tanam
2.
Meningkatkan kualitas
dan kuantitas tanaman
3.
Mampu menekan biaya
produksi untuk petani dan untuk mahasiswa karena bahan baku Kascing bersifat mudah diperbaharui dan
berkelanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pupuk Cair Organik
Pupuk organik merupakan pupuk dengan
bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang
terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah
satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Bahkan
penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman
sehingga aman bagi kesehatan manusia pupuk organik (Musnamar, 2007).
Dapat dikatakan bahwa pupuk organik
merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki
kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan
terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga
aman dikonsumsi.
Berdasarkan
bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat. Pupuk
organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan – bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur
haranya lebih dari satu unsur. Sedangkan pupuk organik padat adalah pupuk yang
sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari
sisa tanaman, kotoran hewan, dan kotoran manusia yang berbentuk padat
(Hadisuwito, 2007).
Kelebihan dari pupuk cair organik
adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam
pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan
pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan
tanaman walaupun sesering mungkin digunakan. Selain itu, pupuk ini juga
memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan
tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
Pupuk cair dikatakan bagus dan siap
diaplikasikan jika tingkat kematangannya sempurna. Pengomposan yang matang bisa
diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang
berhasil ditandai dengan adanya bercak – bercak putih pada permukaan cairan.
Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dengan
bau yang menyengat (Purwendro dan Nurhidayat, 2007)
Pupuk organik cair merupakan salah satu
jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan
diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang
mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn,
dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Sarjana Parman, 2007). Pupuk
organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah (Nur Fitri, Erlina
Ambarwati, dan Nasih Widya, 2007) :
1)
dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil
akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman
dan penyerapan nitrogen dari udara.
2)
dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen
penyebab penyakit.
3)
merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4)
meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta
5)
mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
Pemberian pupuk organik cair harus
memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik
cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik
daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan
maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu
pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada
tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan
dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada
tanaman Oleh karena itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh para
peneliti maupun petani dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian
di lapangan (Abdul Rahmi Dan Jumiati, 2007).
Pupuk sangat dibutuhkan oleh banyak
orang untuk menambah unsur hara bagi pertumbuhan
tanaman. Anjuran penggunaan pupuk ataupun bahan lain yang sifatnya organic dimaksudkan untuk mengurangi masalah yang
sekarang timbul akibat dipakainya bahanbahan kimia yang telah terbukti merusak
tanah dan lingkungan.Seperti penggunaan pupuk akan berakibat merusak tanah.
Penggunaan insektisida dan pestisida kimia dalam predator, hama dan penyakit
juga merusak lingkungan yang keduanya berpengaruh terhadap system pertanian.
Dari strukturnya pupuk organic yang
beredar sekarang,ada yang berupa padat dan ada
pupuk
organic cair. Pupuk organic padat biasnaya dibuat dengan cara pengomposan.
Pengomposan secara alami terjadi, namun dalam menyediakan kompos secara cepat
dapat dilakukan dengan cara pengomposan menggunakan mikroba terepilih yang
berhasil diisolasi
dari
tanah. Inokulum mikroba terpoikih tersebut sekarang tealh banyak dijual di
toko-toko pertanian sperti StarDec, Orga Simba, EM Lestari,EM4,StarBio dsb.
Terdapat 17 unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, 7 macam unsur
diantaranya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga disebut sebagai unsur
mikro.Unsurunsur mikro tesebut yaitu seng, tembaga, boron,molibdenium,kobalt
dan khlor. Peran unsurunsur mikro adalah terkait dengan proses metabolisme
Contoh : tembaga, berkaitan dengan proses respirasi , zat besi dan boron
mendukung proses absorbsi air dan translokasi gula dan besi berperan dalam
pembentukan khlorofil dan sintesis protein. Dengan demikian unsurunsur mikro
tersebut sangat besar perannya dalam kelangsungan hidup tanaman.
Pupuk organik umumnya dihasilkan dari
proses pengomposan sehingga sering disebut
juga
dengan kompos. Pengomposan merupakan proses dimana bahan-bahan organik
mengalami penguraian secara biologis , khususnya oleh mikroba-mikroba yang
dapat memanfaatkan bahan organic sebagai sumber energy.Menurut J.H.Crawford
(2003),kompos
adalah
hasil penguraian tidak lengkap dan dapat dipercepat secara artificial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab,
dan aerobik atau an aerobik (dalam Nyoman P. Aryantha.dkk,2010) Membuat kompos
perlu mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk
lebih cepat.Hal ini dapat dilakukan dengan membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air secukupnya,mengatur aerasi, dan penambahan aktivator
2. Kompos
Kompos
atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan,
bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki
kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga
mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kompos
ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan
menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi
lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas
panennya lebih baik dari pada tanaman tanpa kompos.
Pada prinsipnya semua bahan yang
berasal dari makhluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah,
daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan.
Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari
kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan
bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan,
ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan
organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak mudah dikomposkan antara lain: kayu
keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah
kayu-kayu yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang (Isroi,
2008).
3. Prinsip Pengomposan
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan organik
sehingga sama dengan tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan maka
proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Didalam
perendaman bahan-bahan organik pada pembuatan kompos cair terjadi aneka
perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad renik. Perubahan hayati yang penting
yaitu sebagai berikut :
1.
Penguraian hidrat arang,
selulosa, hemiselulosa.
2.
Penguraian zat lemak dan lilin
menjadi CO2
dan air
3.
Terjadi peningkatan beberapa
jenis unsur di dalam tubuh jasad renik terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan
kalium (K). Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali bila jasad-jasad renik
tersebut mati.
4.
Pembebasan unsur-unsur hara
dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi
tanaman.
Akibat perubahan tersebut, berat, isi bahan kompos tersebut
menjadi sangat berkurang. Sebagian senyawa arang hilang, menguap ke udara.
Kadar senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung
pada perbandingan C/N bahan asal. Perbandingan C/N akan semakin kecil berarti
bahan tersebut mendekati C/N tanah. Idealnya C/N bahan sedikit lebih rendah
dibanding C/N tanah (Murbondo, 2004).
Dalam proses pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai sumber
energi bagi pertumbuhan mikroorganisme, dan 1/3 lainnya untuk membentuk sel
bakteri. Perbandingan C dan N awal yang baik dalam bahan yang dikomposkan
adalah 25-30 ( satuan berat n kering ), sedangkan C/N di akhir proses adalah
12-20. Pada rasio yang lebih rendah, amonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi
akan terhambat. Harga C/N tanah adalah 10-20, sehingga bahan – bahan yang
mempunyai nilai C/N mendekati C/N tanah dapat langsung digunakan (Damanhuri dan
Padmi, 2007).
Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan
C/N, semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan semakin lebih cepat
menjadi kompos. Tanah pertanian yang baik mengandung unsur C dan N yang
seimbang. Setiap bahan organik mempunyai kandungan C/N yang berbeda.
Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat,
selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan air, 2) zat putih
telur menjadi amonia, CO2 dan air, 3) penguraian senyawa organik
menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar
karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat.
Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah
(Indriani, 2004).
4. Pengomposan Anaerobik
Proses pengomposan anerobik berjalan
tanpa adanya oksigen. Biasanya, proses ini dilakukan dalam wadah tertutup
sehingga tidak ada udara yang masuk (hampa udara). Proses pengomposan ini
melibatkan mikroorganisme anaerob untuk membantu mendekomposisikan bahan yang
dikomposkan. Bahan baku
yang dikomposkan secara anaerob biasanya berupa bahan
organik yang berkadar air tinggi.
Pengomposan anaerobik akan
menghasilkan gas metan (CH4), karbondioksida (CO2), dan
asam organik yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat, asam
propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat. Gas metan bisa
dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya berupa lumpur
yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padat ini yang disebut kompos
padat dan yang cair yang disebut kompos cair (Simamora dan Salundik, 2006).
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan
Pembuatan
kompos dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Ø Nilai C/N Bahan
Semakin besar nilai C/N bahan maka proses penguraian oleh bakteri
akan semakin lama. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio sehingga
menjadi 12-20.
Ø Ukuran Bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses
pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh bakteri.
Ø Komposisi Bahan
Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih
cepat. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah
dengan kotoran hewan.
Ø Jumlah Mikroorganisme
Dengan
semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses pengomposan diharapkan akan
semakin cepat. Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam EM4 sangat banyak,
sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja efektif
dalam memfermentasikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme ada
lima golongan yang pokok yaitu, bakteri fotosintesis, lactobasilius
sp, aspergillus sp, ragi (yeast), actinomycetes.
Ø
Kelembaban
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembaban sekitar
40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara
optimal. Kelembaban yang lebih rendah atau lebih tinggi akan menyebabkan
mikroorganisme tidak berkembang atau mati.
Ø Suhu
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan karena
berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu optimum bagi
pengomposan adalah 40-600 C. Bila suhu terlalu tinggi mikroorganisme
akan mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme belum dapat bekerja atau
dalam keadaan dorman.
Ø Keasaman (pH)
Jika bahan yang dikomposkan terlalu
asam, pH dapat dinaikkan dengan cara menambahkan kapur. Sebaliknya, jika nilai
pH tinggi (basa) bisa diturunkan dengan menambahkan bahan yang bereaksi asam
(mengandung nitrogen) seperti urea atau kotoran hewan (Indriani, 2004).
6. Perbandingan
C/N
Rasio C/N adalah perbandingan kadar
karbon (C) dan kadar nitrogen (N) dalam satuan bahan. Semua makhluk hidup
terbuat dari sejumlah besar bahan karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah
kecil (Yuwono, 2005).
Perbandingan C/N bahan organik (bahan baku kompos)
merupakan faktor terpenting dalam laju pengomposan. Proses pengomposan akan
berjalan dengan baik jika perbandingan C/N bahan organik yang dikomposkan
sekitar 25-35 (Simamora dan Salundik, 2006).
Bahan organik yang mempunyai C/N yang
tinggi berarti masih mentah. Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap
merugikan bila langsung diberikan ke dalam tanah. Sebab bahan tersebut akan
diserang oleh mikroba untuk memperoleh energi (Yuwono, 2005).
7. pH
Kisaran
pH kompos yang optimal adalah 6,0-8,0, derajat keasaman bahan pada permulaan
pengomposan pada umumnya asam sampai netral (pH 6,0 - 7,0). Derajat keasaman
pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah
mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi
asam organik . Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis yang lain
akan mengkonversi asam organik yang telah terbentuk sehingga derajat keasaman
yang tinggi dan mendekati netral (Djuarnani, dkk., 2005).
8. EM4
Teknologi EM (Effective
Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan,
lingkungan, kesehatan dan industri. Meski sudah banyak kalangan masyarakat yang
menggunakan tapi tidak banyak yang tahu tentang EM, komposisi kandungan, fungsi
dan jenis-jenis EM.
EM
merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima
kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM
berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan
anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara
dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino,
sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Kandungan EM terdiri dari
bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur
fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan
asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya
dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi
untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan
organik, lignin dan cellulose, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang
dihasilkan.
Actinomicetes menghasilkan
zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi
menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi
menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat
actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat
yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah
serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan.
Fungsi EM untuk
mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanahlactobonillus
sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila
disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat
dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk
mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfunsi antioksidan,
menekan bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan,
meningkatkan cita rasa produksi pangan, perpanjang daya simpan produksi
pertanian, meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas air dan
mengurangi molaritas Benur.
EM4 terdiri dari 95%
lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas
tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
PENELITIAN
Metode yang diaplikasikan dalam kegiatan penelitian ini, meliputi lokasi, waktu
kegiatan dan bentuk kegiatan.
1. Kegiatan penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan dalam pembuatan pupuk organik
2. Lokasi Kegiatan
Kegiatan akan
dilakukan di sekitar tempat tinggal salah seorang mahasiswa yang bersangkutan
dalam pembuatan pupuk organik
3. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan
dalam penelitian
ini direncanakan akan dilakukan dalam satu bulan dimulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan dan penyusunan laporan kegiatan.
Metode pembuatan Pupuk Organik Cair
1. Pupuk kandang
dihaluskan
2. Gula pasir –
EM-4 – Terasi dilarutkan dalam air
3.
Campuran pupuk kandang, larutan gula dan terasi dimasukkan ke dalam drum
plastik kemudian ditambahkan air bersih .
4. Drum ditutup
rapat. Setiap hari dibuka dan diaduk selama 15 menit.
5. Pupuk Organik cair akan siap digunakan setelah 5 – 7 hari.
5. Pupuk Organik cair akan siap digunakan setelah 5 – 7 hari.
Tahap Pendampingan
Pendampingan mulai dari
awal kegiatan selama proses kegiatan berlangsung sampai akhir kegiatan.
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
Tempat pembuatan pupuk organik cair ini di lakukan
di kota binjai di salah satu rumah anggota kelompok penelitian yaitu di Jalan
Durung No 167, Medan.
Kota Medan memiliki luas
26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara.
Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas
wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara
geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' -
98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara
dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, batas wilayah
Medan adalah sebagai berikut:
Utara berbatasan dengan Selat Malaka
Selatan berbatasan dengan kabupaten
Deli Serdang
Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli
Serdang
Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
BAB V
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan
Pembuatan
pupuk Organik Cair dilakukan di rumah salah satu anggota yang bernama Rahmawati
di Jl. Durung No 167 Pancing, Medan pada
tanggal 12 Maret 2013.
Bahan
dan Alat
Bahan
– bahan yang dibutuhkan antara lain :
- Pupuk kandang 30 kg (kotoran kambing, ayam,
sapi, dll)
- Hijauan daun (secukupnya)
- EM-4 1 liter
- Gula pasir 1 kg
- Hijauan daun (secukupnya)
- EM-4 1 liter
- Gula pasir 1 kg
-
Terasih
- Air bersih
- Air bersih
Alat yang
digunakan:
-
Karung Beras
-
Alat Pengaduk
-
Alat Penimbang
-
Pisau
B.
Tehnik pengumpulan data
Berdasarkan kepentingan data yang di
realisasikan maka alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi literature yang mengumpulkan data-data dari berbagai sumber.
C.
Tehnik Analisis Data
Tehnik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Maka untuk menarik
kesimpulan dengan menggunakan penjelasan serta data yang di peroleh dari perlakuan
yaitu dengan menyajikan data dalam bentuk deskripsi
lalu ditarik suatu kesimpulan topik permasalahan secara relevan dalam penelitian dengan mengikuti aturan – aturan yang disempurnakan
berdasarkan fakta di lapangan.
BAB VI
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Data hasil penelitian:
Kode Lab
|
Kode Sampel
|
N- Total
(%)
|
P2O5
(%)
|
K2O
(%)
|
Ph
(H2O)
|
Cx.890
|
Kotoran
Kerbau,Terasi, Daunan dan EM4
|
0,81
|
0,18
|
0,83
|
6,31
|
Sumber : Labratorium
Universitas Islam Sumatera Utara Fakultas Pertanian, 2013
B.
Pembahasan
Dari hasil pembuatan organik
cair yang telah di lakukan lebih kurang 1
bulan dari penyiapan bahan sampai hasil akhir pemeriksaan ke
Laboratorium, didapat hasil kandungan pupuk organik
cair seperti di atas yakni dengan Ph (H2O) 6,31 , N (%) 0,81, P2O5 0,18 , K2O 0,83.
C.
Manfaat
Pupuk organik cair mempunyai beberapa
manfaat diantaranya adalah (Nur Fitri, Erlina Ambarwati, dan Nasih Widya, 2007)
:
1)
dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil
akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman
dan penyerapan nitrogen dari udara.
2)
dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen
penyebab penyakit.
3)
merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4)
meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta
5)
mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
D. Tanaman yang Sesuai
Tumbuh
Tanaman
yang sesuai tumbuh pada Ph 6,31 adalah papaya, melon, padi, stroberry, salak,
kakao, jagung, nanas, semangka, buah naga, dan lain sebagainya.
BAB VII
KESIMPULAN
1.
Pembuatan pupuk organic/kompos dapat dilakukan dengan cara menambahkan aktivator
EM4.8
2.
Pengmposan menggunakan EM4 memerlukan bahan yang murah, mudahdidapat.
3.
Pengmposan dengan EM4 secara tepat guna juga memerlukan control sebagaimanapengomposan
yang lain yaitu suhu, kelembaban, dan ukuran partikel agar pengomposan
berlangsung dengan baik.
4. Tanaman yang sesuai tumbuh pada
Ph 6,31 adalah papaya, melon, padi, stroberry, salak, kakao, jagung, nanas,
semangka, buah naga, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Musnawar,Effi
Ismawati. 2006. Pupuk Organik Padat.Pembuatan dan
Aplikasi. Penebar
Swadaya: Jakarta
Susanto,Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta
Kartini, niluh. 2000. Diktat
Pertanian Organik. FP Univ, Undayana: Denpasar
Tafia, Arik. 1999.
Penggunaan Kascing (Kotoran Cacing) Sebagai Pupuk Organik dan Peranannya Bagi
Tanaman. Jakarta
Zahid A 1994. Manfaat
Ekonomis dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kooran Ternak Sapi Menjadi Kascing,
Studi Kasus di PT Pola Nusa Duta.Fak Kedokteran Hewan IPB: Bandung
Anonim. 1995.Fermentasi
Bahan Organik Dengan Teknologi Effective Mocroorganismes -4
(EM4).IndonesiaanKyusei Nature Farming Societies and PT.
SonggolangitPersada.Jakarta.
Djuwanto.1999.
Keuntungan danKerugian Penggunaan PupukAnOrganik dan Organik.Makalah PPM UNY :
KaryaAlternatif mahasiswa.
Nyoman P.
Aryantha,dkk.2010. Kompos.Pusat Penelitian Antar Universitas Ilmu Hayati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar