BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasawarsa terkahir ini sudah
dimulai tampak arti penting geomorfologi sebagai pendukung ilmu kebumian
lainnya dan ilmu yang terkait dalam arti praktisnya. Geomorfologi sebagai ilmu
mempunyai arti yang penting, seperti peranannya dalam geografi fisik dan
terapannya dalam penelitian. Geomorfologi sudah mulai dimasukkan dalam ke dalam
kurikulum pada fakkultas-fakultas seperti Fakultas Pertanian, Teknik,
Arkeologi, dan sebagainya serta banyak penelitian-penelitian yang menggunakan
pendekatan geomorfologi. Sebagai contohnya adalah penggunaan pendekatan
geomorfologi untuk studi bencana alam, kerekayasaan, lingkungan, pemetaan
tanah, pemetaan air tanah dan sebagainnya. Namun demikian, geomorfologi dalam
pengajaran serta penelitian-penelitian yang bertema fisik yang non
geomorfologik, uraian geomorfologi hanya sekedar ilustrasi yang tradisional dan
belum dimanfaatkan untuk dasar pengambilan
sampel daerah ataupun analisisnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal
di antaranya adalah kurangnya atau langkanya buku-buku geomorfologi.
Kajian geomorfologikal akan
menghasilkan data/informasi yang utama dan pertama dari bentanglahan fisikal
yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu maupun terapan praktisnya. Dalam
penerapan geomorfologi pada dasarnya banyak diwarnai oleh Verstappen dalam
bukunya yang berjudul “Applied Geomorphology (Geomorphological Surveys for
Environmental Development)” tahun 1983. Dalam buku tersebut memuat berbagai
terapan geomorfologi. Adapun terapan geomorfologi yang dikemukakan oleh
Verstappen tersebut adalah meliputi. Peran dan terapan geomorfologi dalam
survei dan pemetaan, survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan
pedesaan, keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis
medan, banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen.
Dari apa yang telah dikemukakan di
atas, maka geomorfologi mempunyai peran dan arti yang cukup penting. Karena
dalam suatu perencanaan pengemabang wilayah, memerlukan informasi dasar yang
menyeluruh baik aspek fisik maupun aspek sosial. Pada aspek fisik geomorfologi
dapat memberikan informasi melalui kajian dengan pendekatan geomorfologi.
Pendekatan geomorfologi digunakan dalam melakakukan analisis dan klasifikasi
medan (terrain analysis and
classification) dengan beberapa parameter seperti yang dikemukakan oleh
Zuidam, et al (1978 : 9 – 22), dimana pada intinya dalam analisis dan
klasifikasi medan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Relief/morfologi meliputi bagian lereng, ketinggian,
kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng, bentuk lembah, dan aspek
relief yang lain.
b. Proses geomorfologi meliputi erosi dan tipe erosi,
kecepatan dan daerah yang terpengaruh; banjir yang meliputi tipe, frekuensi,
durasi, kedalaman, dan daerah yang terpengaruh; gerakan massa yang meliputi
tipe, kecepatan, daerah yang terpengaruh.
c. Tipe material batuan meliputi batuan induk, material
permukaan, kedalaman pelapukan.
d. Vegetasi dan penggunaan lahan meliputi tipe
vegetasi, kepadatan, tipe penggunaan lahan, periode, durasi, dan konservasi.
e. Air tanah mencakup kelembaban permukaan, kedalaman
air tanah, fluktuasi air tanah, dan kualitas air tanah.
f. Tanah mencakup kedalaman, kandungan humus,
tekstur, drainase, dan daerah berbatu.
Berdasarkan apa yang telah
dikemukakan di atas, maka geomorfologi memegang peranan yang cukup penting,
sebab hasil analisis dan klasifikasinya medan ataupun lahan dapat dimanfatkan
untuk berbagai kepentingan. Seperti dalam bidang keteknikan, ekonomi, hidrologi
dan lain sebagainya. Berbagai bentuklahan yang ada di permukaan bumi, merupakan
bagian kajian dari geomorfologi terutama dan terutama tentang sifat alami, asal
mula, proses perkembangan, dan komposisi material penyusunnya. Kaitannya dengan
hal tersebut Thornbury (1954) dalam Sutikno (1987: 12) menyatakan bahwa ada
lima kelompok terapan geomorfologi, yaitu:
1. Terapan geomorfologi dalam hidrologi, yang membahas
hidrologi di daerah karst dan air tanah daerah glasial. Masalah hidrologi di
daerah karst dapat diketahui dengan baik apabila geomorfologinya diketahui
secara mendalam. Air tanah di daerah glasial tergatung pada tipe endapannya,
dan tipe endapan ini dapat lebih mudah didekati dengan geomorfologi.
2. Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi, yaitu
membahas pendekatan geomorfologi untuk menentukan tubuh bijih, jebakan residu,
mineral epigenetik, dan endapan bijih.
3. Terapan geomorfologi dalam keteknikan,
aspek keteknikan yang dibahas meliputi jalan raya, penentuan pasir, dan
kerakal, pemilihan situs bendungan dan geologi militer. Terapan geomorfologi
dalam keteknikan ini semua aspek geomorfologi dipertimbangkan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Geomorfologi
Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani,
yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos
(erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan).
Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian gomorfologi merupakan
pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Namun, Geomorfologi bukan
hanya mempelajari bentuk-bentuk muka bumi, tetapi lebih dari itu mempelajari
material dan proses, seperti yang dikemukakan oleh Hooke (1988) dalam
Sukmantalya (1995: 1), bahwa: Geomorphologist
are concerned with the form and processes of the earth’s surface so any
activity which modifies the shape of the land, induces movement of material or
alters the quantity or quality of water and drainage, is interest to them.
Berdasarkan pada pengertian
Geomorfologi yang telah disitir, secara singkat dapat dijelaskan bahwa
Geomorfologi membicarakan tentang bentuklahan dan proses yang terjadi di
permukaan bumi termasuk pergerakan materilal, air dan drainase serta faktor
lain yang memicu terjadinya proses geomorfik. Secara singkat berikut ini
disajikan mengenai beberapa definisi geomorfologi yang dikemukakan oleh para
ahli yaitu:
1) Lobeck (1939: 3) menyatakan bahwa
Geomorfologi adalah studi tentang bentuklahan.
2) Cooke dan Doornkamp dalam Sutikno
(1987: 3) dinyatakan bahwa geomorfologi adalah studi mengenai bentuklahan dan
terutama tentang sifat alami, asal mula, proses perkembangan, dan komposisi
material penyusunnya.
3) Thornbury dalam Sutikno (1990: 2)
disebutkan bahwa geomorfologi adalah ilmu pengetahuan tentang bentuklahan.
4) Zuidam dan Concelado (1979: 3) juga
menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi yang menguraikan bentuklahan dan
proses yang mempengaruhi pembentukannya serta mengkaji hubungan timbal balik
antara bentuklahan dengan proses dalam tatanan keruangannya.
5) Verstappen (1983: 3) bentuklahan
adalah menjadi sasaran Geomorfologi bukan hanya daratan tetapi juga yang
terdapat di dasar laut (lautan).
Dengan demikian obyek kajian dari
Geomorfologi berdasarkan definisi-definis tersebut adalah bentuklahan, bukan
hanya sekedar mempelajari bentuk-bentuk yang tampak saja, tetapi juga
mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang
mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi. Misalnya, dalam mempelajari
pegunungan, lembah-lembah atau bentukan-bentukan lain yang ada di permukaan
bumi, bukan hanya mempelajari dalam arti mengamati serta mengukur
bentukan-bentukan tersebut, tetapi juga mnedeskripsikan dan menganalisa
bagaimana bentukan itu terjadi. Dalam hal ini kita harus berhati-hati, karena
pada bentukan yang tampak sama, ada kemungkinan latar belakang pembentukan dan
kejadiannya tidak sama, bahkan sangat berbeda sekali. Umpamanya suatu deretan
pegunungan, mungkin terjadi karena pelipatan kulit bumi, patahan, mungkin juga
karena hasil pengerjaan erosi yang demikian
hebat, sehingga menimbulkan relief permukaan bumi yang bervariasi, dan penyebab
lainnya.
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Geomorfologi adalah
mempelajari bentuklahan (landform),
proses-proses yang menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh
setiap bentuklahan yang dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di
dasar laut/samudera serta mencari hubungan antara bentuklahan dengan
proses-proses dalam tatanan keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Di
samping itu, juga menelaah dan mengkaji bentuklahan secara deskriptif,
mempelajari cara pembentukannya, proses alamiah dan ulah manusia yang
berlangsung, pengkelasan dari bentuklahan serta cara pemanfaatannya secara
tepat sesuai dengan kondisi lingkungannya.
2. Ruang Lingkup dan Hubungannya dengan
Ilmu-Ilmu Lain
Atas dasar definisi dan pengertian
Geomorfologi seperti yang dikemukakan pada bagian terdahulu, maka beriktut ini
disajikan tentang ruang lingkup geomorfologi serta hubungannya dengan ilmu-ilmu
lain seperti dalam Gambar 1-1
Dari Gambar 1, nampak jelas bahwa
fisiografi merupakan studi tentang daratan, lautan, dan atmosfir. Lautan
dipelajari dalam Oseanografi, atmosfir menjadi studi Meteorologi, sedangkan
daratan merupakan obyek kajian Geomorfologi. Dengan demikian jelaslah studi Geomorfologi
merupakan salah satu cabang dari Fisiografi yaitu tentang daratan yang menitik
beratkan pada bentuklahan penyusun konfigurasi permukaan bumi.
Berbicara mengenai hubungan antara
Geomorfologi dengan Geologi W.M. Davis dalam Sudardja (1977: 4) menggunakan
istilah geomorphogeny dan geomorphography, karena adanya
perbedaan penekanan dalam mempelajarinya. Dimana, geomorphogeny tekanan dalam mempelajarinya mengutamakan
bentuk-bentuk muka bumi masa lampau, yang erat hubungannya dengan geologi,
sedangkan geomorphography lebih
menekankan mempelajari bentuk-bentuk muka bumi yada ada pada masa sekarang,
sehingga hubunganya dengan geografi sangat erat. Obyek kajian Geomorfologi
seperti yang tersurat dalam definisi-definisi yang dikemukakan pada bagian
terdahulu adalah bentuklahan. Zakrezewska dalam Sutikno (1990: 2), mengatakan
bahwa Geomorfologi itu mencakaup aspek lingkungan dan aspek spasial/keruangan
termasuk ke dalam aliran geomorfologi-geografis. Aliran Geomorfologi yang lain
adalah geomorfologi-geologis. Geomorfologi-geografis cakupannya terletak pada
penterapan konsep trilogi proses, meterial, dan morfologi, sedangkan dalam
aliran geomorfologi-geologis menggunakan cakupannya terletak pada penterapan
konsep bahwa aspek dari semua bentuklahan ditentukan oleh struktur, proses, dan
stadium (Sutikno, 1990: 4). Dengan demikian aspek dari bentuklahan yang
mendapat sorotan meliputi morfografi, morfometri, proses-proses geomorfologi,
morfogenesis, morfokronologi serta mempelajari ekologi bentang lahannya yang tersusun
atas batuan, bentuklahan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan, dan lain-lain.
Dengan demikian bahwa dalam mempelajari Geomorfologi terkait pada geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi
faktor yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan bentuklahan.
Atas dasar keterangan yang telah
diuraikan di atas, maka berikut ini disajikan mengenai hubungan antara geologi,
fisiografi, dan proses geomorfologi. Adapun hubungan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2 pada halaman berikut.
3. Konsep Dasar Geomorfologi
Dalam mempelajari geomorfologi
secara baik diperlukan secara baik dasar pengetahuan yang baik dalam bidang klimatologi, geografi, geologi serta sebagian
ilmu fisika dan kimia yang mana berkaitan erat dengan proses dan
pembentukan muka bumi. Secara garis besar proses pembentukan muka bumi menganut
azas berkelanjutan dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh
tenaga dari dalam bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh
luar atau tenaga eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahncuran muka bumi
(agradasi), dan kembali
terangkat karena tenaga endogen, demikian seterusnya merupakan siklus
geomorfologi yang ada dalam sekala waktu sangat lama. Gambar 2. Hubungan antara geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi
(Suparpto, 1997: 3)
Gambar 2. Hubungan antara geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi (Suparpto, 1997: 3)
Sehubungan dengan gambar/diagram di
atas, maka dalam mempelajari proses geomorfologi yang terjadi di permukaan bumi
perlu memperhatikan beberapa konsep dasar.
Secara garis besar dikenal beberapa konsep dasar dalam studi geomorfologi yang dikemukakan
oleh Thornbury (1958) dalam Suprapto (1997: 17) dan Suwijanto (tanpa tahun : 2)
adalah sebagai berikut:
1. Proses-proses dan hukum fisik
yang sama bekerja sekarang, bekerja pula pada waktu geologi yang, walaupun
intensitasnya tidak sama seperti sekarang.
2. Struktur geologi merupakan faktor
pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuklahan dan struktur geologi
dicerminkan oleh bentuklahannya.
3. Perbedaan muka bumi yang berbeda antara
satu dengan yang lain disebabkan karena derajat pembentukannya berbeda pula.
4. Proses-proses geomorfologi
meninggalkan bekas-bekas yang nayata pada bentuklahan dan setiap proses
geomorfologi akan membangun suatu karakteristik tertentu pada bentuklahannya
(meninggalkan jejak yang spesifik dan dapat dibedakan dengan proses lain secara
jelas).
5. Akibat perbedaan tenaga erosi
yang bekerja pada permukaan bumi, maka dihasilkan suatu urutan bentuklahan yang
mempunyai karakteristik tertentu pada masing-masing tahap perkembangannya.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih
umum terjadi dibandingkan dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan
bentuk muka bumi umumnya sangat kompleks/rumit, jarang yang disebabkan oleh
proses yang sederhana).
7. Hanya sedikit saja dari topografi
permukaan bumi adalah lebih tua dari zaman Tersier, dan kebanyakan daripadanya
tidak lebih dari zaman Pleistosen.
8. Interpretasi secara tepat
terhadap bentanglahan sekarang tidak mungkin dilakukan tanpa memperhatikan
perubahan-perubahan iklim dan geologi selama masa Pleistosen (Pengenalan
bentanglahan saat sekarang harus memperhatikan proses yang berlangsung pada
zaman Pleistosen)
9.Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui
secara benar dari berbagai kepentingan di dalam proses-proses geomorfologi yang
berbeda (dalam mempelajari bentanglahan secara global/skala dunia, pengetahuan
tentang iklim global perlu diperhatikan)
10. Walaupun geomorfologi menekankan terutama pada bentanglahan
sekarang, namun untuk mempelajarinya secara maksimal perlu mempelajari sejarah
perkembangannya
Di samping konsep dasar tersebut di
atas, dalam mempelajari geomorfologi cara dan metode pengamatan perlu pula
diperhatikan. Apabila pengamatan dilakukan dari pengamatan lapangan saja, maka
informasi yang diperoleh hanya mencakup pengamatan yang sempit (hanya sebatas
kemampuan mata memandang), sehingga tidak akan diperoleh gambaran yang luas
terhadap bentanglahan yang diamati. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dikakukan beberapa hal:
a. Pengamatan bentanglahan dilakukan dari tempat
yang tinggi sehingga diperoleh pandangan yang lebih luas. Namun demikian, cara
ini belum banyak membantu dalam mengamati bentanglahan, karena walaupun kita
berada pada ketinggian tertentu, kadangkala pandangan tertutup oleh hutan lebat
sehingga pandangan terhalang. Kecuali, tempat kita berdiri pada saat pengamatan
bentang alam merupakan tempat tertinggi dan tidak ada benda satupun yang
menghalangi. Itupun hanya terbatas kepada kemampuan mata memandang.
b. Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di
lapangan dengan menggunakan citra
pengideraan jauh baik citra foto maupun citra non foto, cara ini dapat
melakukan pengamatan yang luas dan cepat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Geomorfologi bukan hanya sekedar
mempelajari bentuklahan yang tampak saja, tetapi juga mentafsirkan bagaimana
bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang mengakibatkan pembentukan
dan perubahan muka bumi. Jadi meliputi bentuklahan (landform), proses-proses yang menyebabkan pembentukan dan
perubahan yang dialami oleh setiap bentuklahan yang dijumpai di permukaan bumi
termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera serta mencari hubungan antara
bentuklahan dengan proses-proses dalam tatanan keruangan dan kaitannya dengan
lingkungan. Jadi pembahsannya meliputi morfografi, morfometri, proses-proses
geomorfologi, morfogenesis, morfokronologi
serta mempelajari ekologi bentang lahannya yang tersusun atas batuan,
bentuklahan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan, dan lain-lain. Dengan demikian
bahwa dalam mempelajari geomorfologi terkait pada geologi, fisiografi, dan
proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan dalam
perubahan bentuklahan.
Konsep dasar Geomorfologi perlu
dipahami secara baik untuk mempelajari Geomorfologi dalam membantu mengenal dan
menganilasa kenampakan bentuklahan di permukaan bumi, sehingga pada akhirnya
dapat mengenal peristilahan baik secara deskriptif maupun secara empiris,
terutama nanti dalam melakukan klasifikasi bentuklahan.
Geomorfologi
mempunyai peran dan terapan dalam survei dan pemetaan, survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan
lahan pedesaan, keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan,
analisis medan, banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen.
DAFTAR PUSTAKA
Lobeck, AK. (1939), Geomorphology, An Introduction to the study
of Lanscape, New York and
London: Mc Graw-Hill Book Company. Inc.
Sudarja Adiwikarta dan Akub Tisnasomantri, (1977), Geomorfologi Jilid I, Bandung:
Jurusan Pend. Geografi IKIP Bandung.
Sukmantalya, I Nyoman K, Drs. M.Sc. (1995), Pengenalan Secara Tinjau Geomorfologi dan
Terapannya Melalui PJ Untuk Inventarisasi Sumberdaya Lahan, Cibinong:
Bakosurtanal.
Suprapto Dibyosaputro, Drs. M.Sc., (1997), Geomorfologi Dasar, Yogyakarta:
Fakultas Geografi UGM.
Sutikno (1987), Geomorfologi Konsep dan Terapannya “Makalah”, Yogyakarta: Fakultas
Geografi UGM.
Suwijanto, Ir., (tanpa tahun), Geomorfologi “Makalah”, Kursus Pendalaman Meteri
Ilmu Kebumian Bagi Guru SMU Tingkat Regiaonal Jawa Tengah, Kebumen: LIPI UPT
Lab. Alam Geologi Karangsambung.
van Zuidam, R.A, dan F.I. van Zuidam Cancelado, 1979. Terrain Analysis And Classification Using
Aerial Photographs, International Institute for Aerial Survey and Earth
Science (ITC) 350, Boulevard Al Enschede, The Netherlands.
Verstappen, M.Th., 1983. Applied Geomorfology (Geomorphological
Surveys for Environmental Development), Amsterdam:
Elsevier Science Publishing Company Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar